PANDUAN QIYAM RAMADHAN
By: Zulkarnain, Hb
Dimalam-malam Ramadhan kaum mukmin disyari'atkan
melaksanakan Qiyam Ramadhan (shalat tarawih). Barang siapa yang menghidupkan
amalan sunnah ini dengan ikhlas dan dilandasi dengan iman yang kokoh dan
tangguh dalam mengharap ridlo Allah berarti
balasannya ampunan dari-Nya.
عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ
دَأَبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ
“Hendaknya kalian biasakan Qiyam al-Lail, karena shalat malam adalah
kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kalian (HR. Tirmidzi: 3472).
|
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا
تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang siapa berjaga (melakukan
ibadah) pada malam ramadlan
(Sholat) karena iman dan mengharap (ridha Allah), ia akan diampuni dosa yang
telah lalu.” (HR. Bukhori: 1870,
Muslim: 1266)
|
Panduan pelaksanaan
Secara ringkas pelaksanaan Qiyam Ramadhan
sesuai dengan sunnah maqbullah adalah:
1.
Dirikan qiyam ramadhan (shalat tarawih) dengan niat ikhlas dan landasilah dengan iman yang
kokoh, lakukan dengan khusu'
dan tuma'ninah
2.
Tinggalkan
amaliyah yang tidak ada contoh dari Nabi dan generasi salaf seperti
"Ash-sholaatu jaami'ah, Usholli Sunnata al-taraawiihi...dst., dan gantilah dengan sawwu Shufuufakum Fa inna
Taswiyatash shufuf Min Tamaamish sholah
atau sawwu Shufuufakum Watarosh shu Wasuddul kholal
(kalian kaena sesungguhnya meluruskan shof
termasuk penyempurna sholat, atau luruskan, rapatkan shof-shof kalian dan
penuhi shof yang masih longgar) ( Bukhori:723, Muslim: 433 dan Abu Dawud:
620)
”Sebab para Ulama
setelah mencari dalil di dalam Hadis maupun al-Qur’an tidak ada satupun dalil
yang menerangkan tentang Bacaan Usholli ” seperti
Usholli yang biasa kita Lafadzkan dalam
shalat 5 waktu , Ushalli shalat tarawih maupun shalat2 yang lain.
Mengapa demikian ??
Karna dalil Ushalli
yang selama ini kita gunakan adalah dalil yang dibuat oleh para Ulama
Muta’ahirin untuk mengajarkan dan menjelaskan kepada anak-anak bagaimana cara berniat
agar anak tersebut tidak bingung dan dapat mengetahui seperti apa cara
mengucapkan Niat di dalam hati, namun dengan berjalanya waktu malah dalil
tersebut di implementasikan tatkala hendak melaksanakan Shalat dan bahkan menjiharkan
bacaan Usholli tersebut. Padahal Niat itu dilakukan di dalam hati dan tidak
dijiharkan .
3.
Setelah
melaksanakan shalat sunnah rawatib ba'da isya', Lakukan Shalat iftitah 2 rekaat yang
ringan (Muslim:
1286)., Adapun tata cara pelaksanaan Sholat
Iftitah bisa dengan munfarid bisa juga dengan berjamaah, bisa dengan suara sir bisa
juga dengan
suara jahr. (Tirmidzi:
2848, Ahmad: 24005, Nasai: 1644). Sesudah
takbirotul Ihrom bacalah ´Subhaana Dzilmulki Walmalakuut Waljabaruut
Walkibriyaa I wal 'Adzomah
سُبْحَانَ
ذِى اْلمُلْكِ وَالْمَلَكُوْتِ وَالْجَبَرُوْتِ
وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ
"Maha suci Allah, Dzat yang Maha memiliki kerajaan,
kecukupan, kebesaran dan keagungan” Setelah itu bacalah surat
al-Fatihah saja tanpa membaca ayat atau
surat, begitupun juga pada rekaat kedua.
(Tabrani: 6/26)
4.
Pilihlah
salah satu dari dua tata cara Qiyam al-Ramadhan (sholat Tarawih) yang populer dan mudah diamalkan;
Pertama:
Sholat 11 rekaat, 4 – 4 (Qiyam
al-ramadhan) dan 3 rekaat (sholat
witir), atau Sholat 13 rekaat, 2 (sholat
iftitah), 4– 4 (Qiyam al-Ramadhan)
dan 3 rekaat (sholat witir),
Kedua:
Sholat 13 rekaat, 2 (sholat iftitah),
2-2-2-2 (Qiyam al-Ramadhan) dan 3 rekaat
(sholat witir), (Bukhori: 3304, Muslim: 1219 & Muslim: 1286)
5.
Pada
waktu sholat witir sesudah Surah al-Fatihah pada rekaat pertama bacalah Surat
Al-A’la, pada rekaat kedua surah Al-Kafirun dan rekaat ketiga Surah al-Ihlas.(Nasai:
1681, Ahmad: 4674)
6.
Setelah salam dalam sholat witir, bacalah dengan
sendiri-sendiri bacaan “Subhaanal Malikul Qudduus”
سُبْحَانَ
الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ
sebanyak tiga kali (pada bacaan yang ketiga dengan suara
yang nyaring), kemudian diteruskan membaca:
رَبُّ اْلمَلَائِكَةِ
وَالرُّوْحِ
“ Robbul Malaaa ikati Warruuh” (Nasai:
1683, ahmad: 4674, Baihaqi: 4640, Tabrani:
8115)
7.
Pada 10
terakhir ramadhan
tetaplah bersemangat, berilah motivasi keluarga dan masyarakat. Karena 10 hari
terakhir adalah penutup bulan ramadhan, sementara setiap amalan itu tergantung
dengan penutupnya. Sebagaimana dalam hadits Sahl bin Sa’ad radhiallahu anhu
bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
وَإِنَّمَا
الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ
“Dan sungguh amalan itu ditentukan dengan
penutupannya.” (Bukhari: 6117)
·
Dan pada
10 hari terakhir perbanyaklah berdoa "Allahumma
Innaka 'Afuwwun Tuhibbul 'Afwa Fa'fu 'Annii
أَللَّهُمَّ
اِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
“Ya Allah sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha
Pemberi Maaf, Engkau suka pemberian maaf, maka maafkanlah aku”. (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Demikian sajian singkat ini kami sampaikan,
semoga menjadi sarana pencerdasan dan pencerahan. Hanya kepada Allahlah kami
mohon maghfirah-Nya dan semoga bermanfaat. Amin
Allahu
A’lam Bish-Showab
والله
أعلم بالصواب
Tidak ada komentar:
Posting Komentar