SONGSONG
RAMADLAN 1434 H
Oleh : Zulkarnain, Hb
”(Beberapa hari yang
ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat
tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu (Qs.
Al-Baqorah 2/185)”
A.
Kapan
1
Ramadlan
1434 H ?
Berdasarkan al-Qur’an Surat 10/5, 17/12, 36/38-40, 55/5 dan hadist Nabi Shallallahu
’Alaihi Wasallam; Riwayat Bukhori:
1773, Nasai: 2089, dan Muslim:1819 yang memotivasi
menggunakan metode Hisab dalam penentuan awal bulan qomariah dengan kreteria hisab hakiki, Ijtima’ Qoblal Ghurub dan
Wujudul Hilal. Awal Ramadhan 1434 H dapat disampaikan sebagai berikut:
1.
Ijtimak menjelang Ramadhan 1434 H terjadi pada Hari Senin Pon, 7 Juni 2013 M, Pukul 14:15':55" WIB.
2.
Tinggi Hilal pada saat terbenam Matahari: ( = -07 48”, dan , 110 21’ BT ) +0 44' 59 (hilal sudah wujud).
3.
Pada saat Matahari terbenam tanggal 8 Juli
2013 M (hari Senin), di sebagian wilayah barat Indonesia hilal sudah wujud dan di sebagian
wilayah timur Indonesia belum wujud. Dengan demikian, garis batas wujudul hilal
melewati wilayah Indonesia dan membagi wilayah Indonesia menjadi dua bagian.
4.
Berdasarkan hasil hisab tersebut maka 1
Ramadhan 1434 H, jatuh pada Hari Selasa Wage, 9 Juli 2013 M.
Dan
bagi yang menggunakan metode rukyatul hilal dengan berdasar pada hadist
Riwayat Bukhori: 1776, 1809, Ahmad: 1881, dan Tirmidzi:620 dengan keteria imkanurrukyat
2 derajat maka bisa dipastikan 1
Ramadlan 1434 H, akan Jatuh pada Hari Rabu Kliwon, 10 Juli 2013 H (dengan
menggenapkan umur bulan Sya’ban menjadi 30 Hari), karena ketinggian hilal masih
belum 2 derajat yakni +0 44' 59"
Namun jika menggunakan metode rukyatul
hilal tanpa imkanurrukyat, tentunya menunnggu hasil pengamatan
kemunculan hilal secara langsung pada Hari Senin malam (Ba’da maghrib). Jika
pengamatan mampu melihat kemunculan hilal maka 1 Ramadhan 1434 H, jatuh pada Hari Selasa Wage, 9 Juli 2013 M. Dan jika sebaliknya maka dengan cara menggenapkan umur bulan Sya’ban menjadi 30
Hari dan secara
teori ilmiyah tidak akan mungkin dapat terlihat. Maka 1 Ramadlan 1434 H, akan Jatuh pada
Hari Rabu Kliwon, 10 Juli 2013 H.
Ingat saudaraku! Mengawali puasa di tanggal
1 ramadlan adalah wilayah prinsip beragama bukan wilayah politik beragama, yang
pertanggungjawabannya langsung hanya kepada Allah ‘Azza wajalla. Dan jika
diantara kita terjadi perbedaan prinsip dalam mengawali ramadlan dan ini suatu
kemestian, maka keluasan dan keluesan dalam Islam serta jiwa toleransi yang
tinggilah yang harus kita junjung sebagai bentuk kewajiban azazi dan kedewasaan
kita dalam beragama dalam konteks negara demokrasi.
B. Tata
Cara Dan Persiapan
Menyambut Ramadlan
Saudaraku! Bulan
Ramadhan adalah bulan yang agung, bulan diturunkannya al-Qur’an sebagai
petunjuk manusia yang masih hidup dan pembeda antara yang haq dan bathil, bulan
diwajibkannya berpuasa bagi orang-orang yang beriman. Demikian agungannya, umat
Islam wajib mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya guna menyongsong dan
memasuki Ramadhan sejak dini. Untuk itu bulan Sya’ban dapat kita jadikan
sebagai wahana penting dalam mempersiapkan Ramadhan yang lebih bermakna bagi diri, keluarga dan
masyarakat.
Generasi emas
umat ini, generasi salafush shalih, mereka selalu mempersiapkan diri menyambut
Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Sebagian ulama salaf mengatakan,
كَانُوا يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ
يُبَلِّغَهُمْ شَهْرَ رَمَضَانَ ثُمَّ يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ
يَتَقَبَّلَهُ مِنْهُمْ
”Mereka (para
sahabat) berdo’a kepada Allah selama 6 bulan agar mereka dapat menjumpai bulan
Ramadlan”. (Lathaaiful Ma’arif hal. 232)
Abu Bakr al Warraq al Balkhi rahimahullah
mengatakan,
شَهْرُ رَجَبٍ شَهْرُ لِلزَّرْعِ وَ شَعْبَانَ شَهْرُ
السَّقْيِ لِلزَّرْعِ وَ رَمَضَانَ شَهْرُ حَصَادِ الزَّرْعِ
“Rajab adalah bulan untuk menanam, Sya’ban adalah bulan
untuk mengairi dan Ramadhan adalah bulan untuk memanen.” (Lathaaiful Ma’arif hal. 130).
Saudaraku! Setidaknya
dalam mempersiapkan dan menyambut ramdhan tahun ini, ada beberapa hal yang
perlu kita perhatikan;
1. Selama bulan Sya’ban yang masih tersisa ini
(1) berbekalah ilmu, yaitu mengkaji ulang tentang shiyam dan ibadah-ibadah
seputar Ramadlan, karena hanya dengan kajian keilmuan inilah kita bisa berpuasa
sesuai sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan pada gilirannya titel taqwalah yang
akan kita raih. (2) persiapkan jiwa dengan sebaik
mungkin, yaitu melatih jiwa dengan cara
memperbanyak ibadah dibulan sya’ban, seperti; Qiyam Al-lail, tilawah Al-Quran, dan puasa sunnah agar pada waktu puasa di bulan Romadlan dengan mudah dapat
melakukan sunnah-sunnah ramadhan dan dapat meninggalkan segala perbuatan yang
dapat membatalkan puasa dan mengurangi nilai pahala disisi-Nya. Dan yang tidak
kalah pentingnya (3) Persiapan fisik material, yaitu; mempersiapkan sarana
prasarana penunjang kegiatan Ramadlan, seperti memperbaiki tempat ibadah,
membuat jadwal kegiatan, Silabus kajian, panduan taushiyah ramadhan menyediakan
Al-Qur’an, mempersiapkan harta untuk bershadaqoh, infaq, dan penyediaan berbuka
(Ta’jil)
2. Bersihkan diri dari segala penyakit hati,
seperti; iri, dengki, hasad, hasut, sombong, mencela, dendam, berbohong, ghibah, mencai-cari kesalahan orang lain dan pengecut baik sebelum, akan dan sedang menjalankan ibadah puasa.
3. Tingkatkan gerakan Amar Ma’ruf dan
Nahi Mungkar, saling nasehat menasehati di
jalan Alloh agar suasana ramadhan lebih menyejukkan hati.
4. Jagalah niat dan kemantaban ibadah puasa dengan petunjuk al-Qur’an dan
al-Sunnah al-maqbullah
seperti: (1) berusaha makan dan mengakhirkan waktu sahur )Buchori :1923,1963 dan Muslim :1095,1097), (2) menyegerakan berbuka dan usahakan dengan
kurma (Buchori :1957,
Muslim :1098), (3) dan berucaplah;
ذَهَبَ الظَّمَأُ
وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wasallam
apabila berbuka beliau mengucapkan: “Telah hilang dahaga, telah basah otot-otot
dan tetaplah pahala, insya Allah “ (Abu Dawud:
2357, Ahmad :13310)
5. Jadikan ramadhan 1434 H ini sebagai metamorfosis kehidupan dan proses tranformasi diri dari
keadaan yang serba negatif kepada keadaan yang serba positif, maka tingkatkan perhatianmu pada
al-Qur’an dengan mentadarusinya (Nasa’I :2095, Ahmad : 35201), laksanakan Qiyam Al-Ramadlan dengan ikhlash, tumakninah dan khusuk (Bukhori:1870,
Muslim: 1266, Turmudzi: 619), Dan tingkatkan ibadahmu sesudah tanggal 20 Ramadlan dengan banyak beri’tikaf (Buchori: 2025, Muslim: 1171)
6. Tinggalkan beberapa kebiasaan dalam menyambut datangnya
bulan Ramadlan yang tidak ada tuntunannya dari Rasulullah Shallallahu ‘Alahi
Wasallam, Seperti:
(1) Mandi dan berkunjung di tempet-tempat yang dianggap kramat,
(2) Ziarah kubur disertai dengan membakar kemenyan, membawa sesajen untuk
arwah atau mengirim aneka ragam bunga, kelapa muda, air yang dicampur dengan
bunga, dll, Ziarah kubur adalah sunnah, supaya kita sering-sering mengingat kematian. Tetapi jangan melakukan hal-hal yang menjurus kepada
syirik dan bid’ah,
(3) Mengadakan selamatan pada malam 1 Ramadlan
yang disebut dengan acara punggahan baik secara kelompok atau bergilir dari
rumah ke rumah, juga tidak ada tuntunannnya kalau yang dimaksud adalah
shodaqoh, maka yang tepat adalah untuk memberi buka orang yang berpusa
Ramadhan, bukan malam tanggal 1 Ramadlan, sesuai dengan sabda Rasulullah :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ
أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
“Siapa yang memberi makan berbuka orang yang berpuasa, ia
mendapatkan pahala seperti pahalanya orang yang berpuasa tanpa mengurangi
pahala orang yang berpuasa sedikitpun “ (HR.Tirmidzi: 735)
7. Sambutlah kedatangan bulan Ramadlan penuh
dengan kegembiraan
dengan ucapan:
مَرْحَبًا يَارَمَضَانَ
“Selamat datang
wahai bulan Ramadlan”
8. Terakhir, jadikan Ramadlan tahun ini sebagai wasilah
perbaikan keIslam diri, keluarga dan masyarakat kita. Dengan ini insya Allah peradaban utama yang dicita-citakan insan beriman akan segera terwujud.
Demikian sajian singkat ini kami sampaikan,
semoga menjadi sarana pencerdasan dan pencerahan. Hanya kepada Allahlah kami
mohon maghfirah-Nya dan semoga bermanfaat. Amin
Allahu A’lam Bish-Showab
والله
أعلم بالصواب
Tidak ada komentar:
Posting Komentar